Tahu nggak?
Sampah mengandung bahan kimia (misalnya baterai, cat, limbah elektronik) yang dapat bereaksi secara kimia dan melepaskan gas berbahaya atau memicu pelepasan CO₂ saat mengalami pelapukan atau korosi.
Ledakan dan kebakaran pernah terjadi beberapa kali di TPA Gili Trawangan akibat adanya sampah-sampah yang dapat melepaskan gas berbahaya seperti baterai dan tabung gas.

- Tumpukan sampah di TPA Gili Trawangan menghasilkan gas metan sebagai faktor penyebab perubahan iklim.
- Sampah organik seperti sisa makanan, daun, dan kertas akan membusuk di bawah kondisi anaerobik (tanpa oksigen) yang umum terjadi di dalam tumpukan sampah yang padat.
- Proses ini dilakukan oleh mikroorganisme anaerob yang menghasilkan gas metana (CH₄) dan karbon dioksida (CO₂).
- Metana adalah gas rumah kaca yang 25 kali lebih kuat dibanding CO₂ dalam menangkap panas di atmosfer selama periode 100 tahun (IPCC, 2021).
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang tidak dilengkapi dengan sistem penangkapan gas metana (landfill gas capture) akan secara langsung melepaskan gas rumah kaca ke atmosfer. Kondisi ini menjadikan TPA sebagai salah satu sumber signifikan emisi karbon dan metana, terutama jika tumpukan sampah di dalamnya mengandung bahan organik dan plastik. Tanpa adanya pengelolaan sampah organik seperti proses komposting, serta ketiadaan sistem pemilahan dan daur ulang, emisi yang dihasilkan akan semakin tinggi. Selain itu, praktik pembakaran terbuka yang masih terjadi di beberapa TPA memperburuk dampak lingkungan. Emisi dari TPA tidak hanya mencemari udara, tetapi juga berkontribusi langsung terhadap perubahan iklim global, mempercepat terjadinya cuaca ekstrem, naiknya permukaan laut, serta menimbulkan berbagai dampak ekologis yang merugikan keberlanjutan lingkungan.